Warga Papua Keluhkan Harga Beras Rp16.000 per Kilogram, Sulit Penuhi Kebutuhan Sehari-hari

Nabire – Harga beras yang terus melambung menjadi sorotan utama warga Papua. Salah satu warga asli Papua mengungkapkan kesulitannya dalam membeli beras yang kini mencapai Rp16.000 per kilogram. Dengan penghasilan yang terbatas, warga tersebut merasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama ketika harus memberi makan enam orang dalam keluarga.

“Saya sudah setengah mati mencari penghasilan sehari-hari, apalagi dengan harga beras yang mahal seperti ini,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya. Ia juga menyoroti pentingnya beras Bulog tersedia di kios-kios kecil agar lebih mudah diakses masyarakat. Menurutnya, ada dugaan pengusaha nakal yang sengaja menaikkan harga beras Bulog, memperburuk kondisi ekonomi warga.
“Kalau pengusaha nakal terus menaikkan harga beras Bulog, penderitaan kami makin lengkap,” tambahnya. Ia berharap pemerintah turun tangan untuk mengawasi harga beras Bulog agar tidak dimanipulasi oleh pihak-pihak yang mengambil keuntungan.
Fenomena harga sembako yang tidak stabil di Nabire membuat masyarakat harus lebih cermat dalam berbelanja. Seorang pengusaha lokal menyarankan agar konsumen membandingkan harga di beberapa kios atau toko sebelum memutuskan membeli. “Ada selisih harga yang cukup signifikan antara toko satu dengan lainnya, terutama untuk barang yang dijual dengan sistem kredit,” jelasnya.
Selain itu, warga juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan uang kembalian dalam pecahan kecil seperti Rp1.000 dan Rp5.000. Kondisi ini menambah beban masyarakat, terutama dalam transaksi harian di pasar atau kios kecil. Mereka berharap Bank di Provinsi Papua Tengah dapat membantu memperbaiki masalah ini, mengingat status Papua Tengah sebagai provinsi baru yang seharusnya memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
Pengaduan terkait harga sembako, khususnya beras, menunjukkan bahwa warga Papua menghadapi tantangan ekonomi yang berat. “Kami hanya ingin hidup layak, bukan urusan politik. Sementara Freeport di Papua menghasilkan kekayaan, kehidupan kami di sini tetap sulit,” pungkas warga tersebut dengan penuh keprihatinan.

Tinggalkan Balasan