Harga Ojek di Kabupaten Nabire Diduga Tidak Teratur, Penumpang Keluhkan Tarif yang Berubah-ubah

Nabire – Keluhan dari penumpang ojek semakin banyak terdengar di Kabupaten Nabire. Beberapa penumpang mengaku resah karena tarif ojek yang sering berubah-ubah dan tidak teratur. Salah satu contoh, tarif perjalanan dari Pasar Oyehe ke Kota Lama yang biasanya Rp5.000, kini diminta oleh oknum ojek sebesar Rp10.000. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat, khususnya mereka yang rutin menggunakan ojek sebagai sarana transportasi.

Seorang penumpang yang tidak ingin disebutkan namanya mengeluhkan pengalamannya saat memberikan uang sebesar Rp100.000 kepada tukang ojek, tetapi tidak mendapatkan kembalian. “Saya berikan uang Rp100.000, tapi tukang ojeknya langsung pergi tanpa mengembalikan kembalian,” ujar penumpang tersebut. Kasus serupa dikatakan sering terjadi, dengan banyak warga yang merasa dirugikan oleh oknum ojek yang berasal dari luar Papua.
Bukan hanya soal tarif yang tidak teratur, modus penipuan oleh oknum ojek juga marak. Seorang penumpang lain bercerita tentang kejadian ketika ia diantar dari Pantai Nabire ke Bandara Lama. Jarak yang dekat seharusnya hanya dikenakan tarif Rp5.000, namun tukang ojek tersebut tiba-tiba meminta Rp20.000. “Ketika saya tegur bahwa tarifnya hanya Rp5.000, ojek tersebut tampak malu dan segera pergi,” cerita penumpang tersebut.
Situasi ini membuat banyak penumpang merasa perlu lebih berhati-hati dalam memilih ojek. Disarankan agar masyarakat menggunakan jasa ojek yang sudah dikenal dan yang mengetahui batas tarif di Nabire.
Seorang pensiunan PNS menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan untuk menyediakan angkutan kota (angkot) dengan subsidi bagi masyarakat, atau mengaktifkan kembali angkot dalam kota. “Ojek memang sangat membantu, terutama untuk akses ke lorong-lorong, namun risiko seperti tarif yang tidak jelas dan ketidaktahuan alamat oleh pengemudi sering terjadi. Solusi terbaik adalah mengaktifkan transportasi umum yang teratur,” ungkapnya.
Pemerintah juga diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi ini, baik dengan menertibkan tarif ojek maupun sembako. Selain itu, keluhan lain datang dari sopir angkot yang merasa terganggu dengan parkir ojek di terminal tanpa membayar pajak. Mereka berharap ada penertiban agar kesejahteraan masyarakat, baik dari sisi transportasi maupun harga kebutuhan pokok, bisa lebih terjaga.

Tinggalkan Balasan